Minggu, 28 November 2010

Karakteristik seseorang terliat dari perilaku

Karakter adalah bagian dari jati diri manusia yang sifatnya relatif menetap. Karakter dikaitkan dengan sifat seseorang. Ketika kita mengatakan bahwa si A pemarah, maka kita mengikatkan sifat tersebut padanya. Hal ini dikarenakan dalam keseharian si A kita seringkali melihat atau menemukan perilaku-perilaku yang mengarah pada sifat tersebut seperti suka membentak orang lain, mudah tersinggung dan ngambek disertai ledakan emosional. Perilaku-perilaku tersebut mengarahkan kita pada kesimpulan mengenai karakter si A.

Karakter diartikan sebagai sekumpulan kualitas-kualitas individu yang relatif menetap. Dengan demikian, karakter sangat terkait dengan waktu. Kita belum dapat menyimpulkan karakter seseorang selama belum teruji dan terverifikasi di dalam rentang waktu tertentu. Kalau ada seseorang yang menyebutkan bahwa ia mengenal karakter orang yang baru bertemu sekilas tentu dapat disimpulkan bahwa itu tidak benar karena karakter seseorang tidak dapat diketahui dalam perjumpaan yang sekilas.

Di dalam kamus wikipedia, dikatakan bahwa :
Karakter bisa digambarkan sebagai sifat manusia pada umumnya dimana manusia mempunyai banyak sifat yang tergantung dari faktor kehidupannya sendiri. Karakter seperti:

1. Pemarah
2. Sabar
3. Ceria
4. Pemaaf

Dan banyak lainnya karena setiap manusia pasti mempunyai karakter yang berbeda. Karakter Bisa disebut juga (Karakteristik), ataupun dalam bahasa inggris (charateristic). Untuk menunjukan ekstitensi dirinya manusia pasti mempunyai ciri khas karakter sendiri-sendiri.
Karakter tiap orang bersifat khas, walaupun ada sifat-sifat yang sama satu sama lain, namun tentu saja memiliki ciri dan kekhasan tersendiri. Walaupun si A dan B sama-sama penyabar, namun tentu saja perilaku sabar yang ditunjukkan satu sama lain akan berbeda.

Tiap manusia di dunia ini bukanlah seperti halnya mie instan yang bisa langsung jadi dan siap saji, namun membutuhkan waktu bertahun-tahun bahkan puluhan tahun untuk mencapai kedewasaan, dengan demikian self development yang dilakukan secara kontinyu sangat diperlukan. Karena itu apa yang telah diperoleh dan melekat sebagai karakter individu tidaklah serta merta dapat diubah atau dihilangkan dalam kurun waktu yang singkat dan instan.

Bayangkan ketika seseorang yang berusia 40 tahun dan memiliki karakter pemalas dan ingin kita ubah hanya dalam waktu satu minggu melalui pelatihan motivasi. Apakah akan berhasil? mungkin iya, namun akan bertahan berapa lama efektivitasnya? sangat mungkin yang terjadi adalah dalam waktu satu minggu kedepan ia akan terlihat rajin, namun setelah itu akan kembali pada karakternya semula. Kenapa demikian? karena pembentukan karakter bukanlah sesuatu yang instan namun berkesinambungan dan diawali sejak kecil/dini.

Pada harian umum Republika hari ini (11 Januari 2009) hal. 21 terdapat sebuah artikel yang sangat menarik karya Dyah Ratna Meta Novi dengan judul Mendorong Pendidikan Sejak Dini. Artikel tersebut membahas mengenai metode pendidikan yang terdapat pada buku Ibnu Miskawaih dan berkaitan dengan pembentukan karakter yang sedang kita bahas disini.

Ada empat hal yang menjadi perhatian Ibnu Miskawaih dalam pendidikan seorang anak dan terutama menjadi kewajiban orang tua, yaitu pendidikan tentang pengetahuan, moralitas, adat-istiadat, dan perilaku yang baik. Di sini terlihat jelas bahwa pendidikan bagi anak tidak terbatas pada pengetahuan semata namun harus juga disertai dengan pembentukan karakter yang baik bagi anak dengan memiliki moralitas, pemahaman atas adat-istiadat masyarakat sekitarnya serta mendidiknya untuk berperilaku baik.

Selain itu Ibnu Miskawaih juga menekankan pentingnya kondisi lingkungan yang kondusif dalam pendidikan anak dan proses pembentukan karakter dengan menempatkannya pada lingkungan yang baik. Kenapa hal ini penting? Menurut Miskawaih tidak semua orang dapat dengan cepat menerima kebaikan yang diajarkan kepadanya. Lingkungan yang baik akan mencegah mereka yang lamban agar terhindar dari kejahatan.

Lingkungan di sini tentu saja berawal dari rumah, sekolah dan masyarakat. Rumah adalah tempat pembelajaran awal bagi tiap anak, karena itu ciptakanlah kondisi lingkungan rumah yang baik bagi pendidikan dan perkembangan tiap anak, terutama dengan memberikan contoh. Ketika seorang anak diajarkan untuk menjadi seorang yang penyabar, namun ia melihat dalam keseharian orang-orang disekitarnya terutama orang tua tidak menampilkan perilaku tersebut, tentu saja hal ini akan berdampak terbalik pada pembentukan karakter anak. Ia akan mengalami kegamangan terhadap nilai-nilai dan perilaku yang diajarkan.

Selain itu, Ibnu Miskawaih juga mengungkapkan ada empat karakteristik buruk yang harus dihilangkan sejak dini/anak-anak supaya mereka tidak menderita ketika dewasa kelak. Pertama, malas, menganggur, menyiakan hidup tanpa kerja apa pun, intinya manusia tanpa manfaat. Padahal Rasulullah SAW sudah dengan tegas mengatakan bahwa sebaik-baiknya seorang muslim adalah yang bermanfaat bagi muslim lainnya.

Kedua, kebodohan dan ketidaktahuan yang disebabkan oleh kegagalan untuk mempelajari dan melatih diri dengan ajara-ajaran yang diucapkan oleh orang-orang bijak. Ketiga, bersikap kurang ajar dan tidak tahu sopan santun. Keempat, rasa asyik dan keadaan terbiasa dengan perbuatan buruk karena seringnya melakukan perbuatan tersebut.

Pendidikan sejak dini menjadi sangat penting dan perhatian utama orang tua, karena pembentukan karakter bukanlah sesuatu yang bisa dilakukan dalam tempo satu atau dua hari, namun berproses sejak kecil.